kanalhukum.co.PBNU mengajak para ulama NU untuk merumuskan rekomendasi terkait dengan RUU Pengawasan Obat-obatan dan Makanan. Hal tersebut mengemuka saat Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) menyelenggarakan forum kajian terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentang Pengawasan Obat-obatan dan Makanan. Dalam acara tersebut LBM PBNU menghadirkan beberapa utusan dari badan dan lembaga negara terkait pengawasan obat-obatan dan makanan.
Forum ini diperkaya dengan narasumber dari anggota DPR RI Fraksi Kesehatan Hj Nihayatul Wafirah, Komnas Perlindungan Anak dan Perempuan Indonesia Hj Ai Maryati Sholihah, delegasi BPOM, utusan IDI, delegasi Kemenko PMK, dan staf wapres RI.
“Kita mendengar laporan dari sejumlah utusan lembaga bahwa kasus-kasus seperti gangguan kesehatan karena bahaya plastik kemasan dan terakhir gagal ginjal merupakan dampak dari lemahnya pengawasan obat-obatan dan makanan,” ungkap ketua LBM PBNU Kiai Mahbub Maafi Ramdhan.
Selanjutnya Kiai Mahbub menambahkan, RUU Tentang Pengawasan Obat-obatan dan Makanan sedang berjalan. “Kita berharap dapat memberikan masukan ke dalam RUU tersebut melalui forum ini karena obat-obatan dan makanan merupakan hajat hidup orang banyak,” kata Kiai Mahbub.
Menurut Kiai Mahbub, selama ini pengawasan obat-obatan dan makanan belum memiliki payung hukum yang kuat di Indonesia. “Hal ini berdampak pada rendahnya quality control pada obat-obatan dan makanan. Ini rawan sekali sekali,” kata Kiai Mahbub.
Pengawasan kita lemah. Contoh kecil, hanya mengganti cairan yang dibutuhkan pasien, belum lagi farmasi nakal yang tidak melapor penggantian tersebut yang berbahaya sekali bagi masyarakat
Sementara itu Katib Syuriyah PBNU KH Sarmidi Husna yang memimpin diskusi awal dengan sejumlah narasumber mengatakan, masyarakat terdampak secara kesehatan oleh kemasan plastik. Sebagaimana disampaikan narasumber, kemasan obat dan terutama makanan berbahan plastik yang cukup berbahaya bagi manusia terlebih bila terkena panas.
“Kita perlu pengawasan terkait obat-obatan dan makanan. Bagaimana bisa kita mengonsumsi air berkemasan plastik yang mengandung polikarbonat yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia?” kata Kiai Sarmidi Husna.
Dalam kesempatan tersebut Dokter Heri Munajib dari Lembaga Kesehatan PBNU menyampaikan, pengawasan obat dan makanan di Indonesia lemah sekali. “Pengawasan kita lemah. Contoh kecil, hanya mengganti cairan yang dibutuhkan pasien, belum lagi farmasi nakal yang tidak melapor penggantian tersebut yang berbahaya sekali bagi masyarakat,” kata dokter Heri.
Acara yang berlangsung di di Pesantren Canga’an, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu-Ahad (4-5/2/2023) dihadiri Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir, Katib Aam PBNU KH Said Asrori, Rais PBNU KH Azizi Hasbullah, Katib PBNU Syuriyah PBNU KH Sarmidi Husna, Katib Syuriyah PBNU KH Afifuddin Dhimyati, Pengurus LBM PBNU, utusan pengurus LBM PWNU Jawa Timur, utusan LBM PCNU di Jawa Timur, para kiai dan ibu nyai delegasi pesantren