kanalhukum.co. Kisah Mat Peci adalah salah satu legenda dalam peristiwa kriminal di Indonesia. Seperti Joni Indo, kisah petualangannya sempat diangkat ke layar lebar. Mat Peci preman asal Garut ini memang tergolong penjahat yang sadis dan tak segan membunuh korbannya.
Bernama asli Mamat bin Sutomo, namanya menghiasi berita kriminal pada tahun 90-an. Ada beberapa peristiwa kejahatan yang melibatkan namanya seperti 10 September 1977 dimana ia menembak mati karyawan yang baru saja mengambil uang di Bank Karya Pembangunan di Jalan Naripan, Bandung. Kemudian pada 25 Januari 1978, Mati Peci menembak mati pasangan suami-istri yang membawa uang ketika turun dari becak depan rumahnya di Jalan Pasir Kaliki No. 24 yang lokasinya tidak jauh dari pos polisi.
Pria kelahiran Leuwigoong, Garut tahun 1943 ini lahir dari keluarga terpandang. Sebutan populer Mat Peci lahir karena kemana-mana selalu mengenakan peci. Mat Peci dikenal sebagai preman Bandung dan sempat bekerja menjadi calo karcis bioskop di daerah Cicadas. Konon kepergiannya ke Bandung karena cintanya yang kandas dengan seorang gadis bernama Euis.
Penghasilannya yang pas-pasan membuat Mat Peci terjerumus dalam kejahatan. Dari cerita lisan Mat Peci kemudian mempelajari ilmu kebal dan membuat dirinya menjadi penjahat yang disegani. Ia sempat nekat membunuh polisi berpangkat sersan satu di Jakarta untuk merampas pistolnya yang kemudian digunakan melakukan perampokan.
Mat Peci terkenal dikenal kejam dan sadis, tak segan ia menembak mati mangsanya. Jejak kejahatannya mulai dari Bandung, Cirebon, Sukabumi, dan wilayah lainnya. Polisi kemudian memburunya dan membentuk tim khusus yang dipimpin oleh Brigjen Pol Toni Sugiarto.
Waktu penangkapan Mat Peci seperti kisah dalam film. Kisahnya dimulai ketika Mat Peci tinggal di sebuah kamar di kawasan pelacuran di Cicadas dimana ia bertemu Euis mantan kekasihnya. Cinta keduanya bersemi kembali dan berkeinginan cita untuk menikah. Polisi berhasil mengendus tempatnya sehingga akan dilakukan penggerebekan. Namun Mat Peci tahu lalu ia kabur.
Ia meninggalkan Euis dan menuju kampung halamannya di Leuwigoong. Dalam pelariannya Ma Peci berganti-ganti naik kendaraan umum, takut disergap. Ketika sampai di Jalan Kadungora, Leles ada polisi tengah melakukan razia. Karena takut akhirnya berubah haluan dengan menggunakan angkutan kereta dari Stasiun Leles ia menuju stasiun Leuwigoong di Desa Sindangsari.
Di dalam kereta api, Mat Peci menutupi wajahnya dengan topi agar tidak diketahui. Namun saat p kondektur memeriksa tiket ia takut dan loncat keluar dari kereta. Dalam keadaan terluka Mat Peci meneruskan perjalan menyusuri kereta api dan pematang sawah. Di perjalanan, ia berpapasan dengan warga yang sudah tahu identitasnya. Warga tersebut melaporkan kepada aparat desa.
Anggota Banpol bernama Entik mengambil senjata Cart Gustav CG-45, bersama polisi Sersan Bana mencari dan mengintai keberadaan Mat Peci di kampung itu. Mat Peci kemudian disergap dan ditembak. Tubuhnya ambruk bersimbah darah dan tewas tak jauh dari Stasiun Leuwigoong pada 4 Februari 1978. Jasad Mat Peci untuk dikuburkan di TPU Sinaraga, Jalan Pajajaran, Kota Bandung.