kanalhukum.co. Survei yang dilakukan oleh Voxpopuli Research Center menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Partai Gerindra bersaing ketat. Elektabilitas PDIP sekitar 17,4 persen sedangkan Gerindra dengan 17,0 persen.
Dalam rilisnya pada hari Jumat (16/9) peneliti senior Voxpopuli Research Center Prijo Wasono menilai elektabilitas PDIP belum sepenuhnya pulih karena sempat merosot usai heboh Piala Dunia U-20. Sebaliknya. Sementara Gerindra mangalami lonjakan elektabilitas dan terus mendekati posisi PDIP. “Persaingan PDIP dan Gerindra makin ketat, sedangkan partai-partai lain masih stabil elektabilitasnya,” kata Prijo di Jakarta.
Prijo mengatakan ketatnya persaingan dua partai besar ini menunjukkan bekerjanya coattail effect (kecenderungan seorang pemimpin partai politik populer untuk menarik suara kandidat lain) dari pencapresan. “Menguatnya elektabilitas Prabowo Subianto disertai dengan kenaikan signifikan Gerindra sebagai partai utama pengusung Menteri Pertahanan itu,” jelas Prijo.
Elektabilitas Gerindra terus tempel ketat PDIP semenjak partai tersebut mengusung Ganjar Pranowo. “Anjloknya elektabilitas Ganjar pada survei bulan April memerlukan pemulihan berbulan-bulan dan berdampak pada stagnannya PDIP,” ujarnya. Tidak salah kedua partai tersebut kini menjadi poros utama yang berpeluang membentuk poros koalisi yang saling berhadapan pada Pilpres 2024.
Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada 1-7 September 2023, kepada 1200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut adalah hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik yang akan maju dalam Pemilihan Umum 2024 versi Voxpopuli Research Center.
PDIP 17,4 persen
Gerindra 17,0 persen
Golkar 8,1 persen
PKB 7,6 persen
Demokrat 6,3 persen
PSI 6,0 persen
PKS 4,2 persen
PAN 2,7 persen
PPP 2,5 persen
Nasdem 2,4 persen
Perindo 1,8 persen
Gelora 1,0 persen
PBB 0,8 persen
Ummat 0,6 persen
Hanura 0,2 persen
PKN 0,1 persen
Garuda 0,0 persen
Buruh 0,0 persen
Tidak tahu/tidak menjawab 21,3 persen