kanalhukum.co. Ada 3.463 perkara yang diregistrasi oleh Mahkamah Konstitusi sejak 2003 hingga 2022. Dari ribuan perkara tersebut telah MK telah memutus sebanyak 3.444 perkara.
“Dengan rincian 1.603 perkara Pengujian Undang-Undang (PUU), 29 perkara Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN), 676 perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU), dan 1.136 perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah (PHP Kada),” kata Ketua MK Anwar Usman.
Anwar menambahkan berdasarkan amar putusan MK telah mengabulkan sebanyak 433 putusan. Kemudian ada 1.521 putusan tertolak, 1.181 putusan tidak dapat diterima. Selain itu ada 22 putusan menyatakan perkara gugur, 221 putusan menyatakan penarikan kembali permohonan oleh pemohon, dan 66 putusan menyatakan tidak kewenangan MK.
“Dari jumlah perkara yang telah diregistrasi, dibandingkan dengan jumlah perkara yang telah diputus berdasarkan data di atas, terdapat 19 perkara yang masih dalam proses pemeriksaan,” terang Anwar.
Anwar kemudian memerinci jumlah perkara konstitusi selama periode tahun 2022. Menurut Anwar pihaknya telah menangani 146 perkara. Kasus sebanyak itu terdiri dari 143 perkara PUU dan 3 perkara PHP Kada. “Dari keseluruhan perkara dimaksud, Mahkamah Konstitusi telah memutus 124 perkara PUU dan 4 perkara PHP Kada; di mana 1 perkara PHP Kada merupakan sisa dari perkara tahun sebelumnya,” ungkap Anwar.
Sedangkan terkait 124 perkara PUU yang telah diputus, ada 15 putusan dikabulkan, 48 putusan ditolak, 42 putusan tidak dapat diterima. Selain itu ada 18 putusan ditarik kembali, dan 1 putusan dinyatakan gugur.
Anwar menambahkan, berdasarkan data perkara PUU yang ditangani MK pada tahun 2022, terdapat empat undang-undang (UU) yang berulang kali dilakukan pengujian. “Yaitu UU Pemilu sebanyak 25 kali, UU IKN sebanyak 10 kali, UU Pilkada sebanyak 7 kali, KUHAP sebanyak 4 kali,” ujarnya.